Birokrat sangat strategis dalam menentukan arah lembaga
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono memberikan pembekalan kepada wisudawan dan wisudawati mahasiswa S1 dan S2 Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (26/8/2022).
Dalam pebekalan yang berjudul “Strategi Sukses Birokrat Muda, Sebagai Agen Utama Reformasi Birokrasi”, Karjono berbagi pengalaman dan kiat sukses profesi birokrat kepada para calon wisudawan dan wisudawati.
Pembekalan ini diawali dengan memperkenalkan Salam Pancasila yang digagas Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri, yang diadopsi dari pekik “Merdeka” yang ditepkan oleh Bung Karno melalui Maklumat 31 Agustus 1945. Karjono menyampaikan bahwa sejatinya Salam Pancasila memiliki ruh salam kebangsaan yang menyatukan Indonesia yaitu Salam Merdeka.
Dalam pembekalan yang dilaksanakan di Hotel Sahid Jaya Surakarta, Karjono menekankan peran para birokrat yang sangat strategis dalam menentukan arah lembaga, Karjono juga menekankan bahwa birokrat wajib menjunjung tinggi Ideologi Pancasila serta tidak sebatas pada pintar atau juga pandai saja, akan tetapi juga harus benar dan bersikap serta berperilaku baik, hal ini disampaikannya melalui pepatah KH Maimoen Zubair berjudul “wong bener-wong pinter“.
Ia berpesan, ada tiga aspek yang harus dimiliki dan dikuasai para birokrat muda, yaitu kemampuan bela negara, revolusi mental, dan pemahaman terhadap empat pilar wawasan kebangsaan.
Perguruan Tinggi UNS merupakan Benteng Pancasila dimana menjadi tempat untuk memperkuat dan/atau mempertahankan ideologi, dasar negara dan falsafah bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni Pancasila. “Maka adek-adek harus paham sejatinya Pancasila atau Pancasila Sejati,” kata Karjono, dalam siaran persnya, Ahad (28/8/2022).
Pancasila Sejati atau Sejatinya Pancasila merupakan satu kesatuan yang lahir pada 1 Juni 1945, piagam Jakarta 22 Juni 1945, kemudian menjadi perjanjian luhur bangsa pada sidang PPKI pada 18 Agustus 1945 sampai dengan ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, serta testimoni pelaku sejarah oleh Bung Hatta yang memberikan kuasa kepada Guntur, dan testimoni Dr Radjiman Wediodiningrat, dan pelurusan sejarah oleh AB Kusuma. “Sejatinya Pancasila lahir 1 Juni 1945,” ujarnya.
Disisi lain, Karjono memaparkan kondisi masyarakat saat ini terhadap kepatuhan dan bela negara. Berdasarkan survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terdapat 12,1 persen pria berpotensi terpapar radikalisme, sedangkan pada wanita sebesar 12,3 persen. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara beberapa waktu lalu juga menyebutkan, setiap bulan terdapat 10 ASN dipecat karena terpapar radikalisme dan terorisme.
“Mereka tidak memegang sumpah jabatan, ingin mengganti dasar negara, serta melawan UUD dan ideologi negara (Pancasila),” papar Karjono.
Karjono menyampaikan kepada para wisudawan dan wisudawati kata kata mutiara dari proklamator Ir. Soekarno Jas Merah jangan sekali melupakan sejarah dan jasa pahlawan, karena jasa beliau lah yang membuat indonesia merdeka.
“Kita wajib juga mengingat Jas Hijau, jangan sekali-kali melupakan jasa ulama atau tokoh keagamaan karena beliau juga menggerakan para masyarakat untuk berjuang melawan penjajah disisi lain para generasi muda wajib untuk bersikap optimistis, Soekarno pernah menyampaikan “beri aku 1.000 orang tua, akan ku cabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda akan ku guncang dunia”. Hal tersebut menandakan potensi yang sangat besar terdapat didalam diri para pemuda.
Terakhir, Karjono berpesan kepada wisudawan dan wisudawati agar tidak ikut-ikutan menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Hidup bertoleransi, melestarikan budaya, memakai produk Indonesia, berprestasi mengharumkan nama bangsa, baik nasional maupun di dunia internasional, serta menjaga nama baik bangsa dan negara.
“Adik-adik sebagai pemuda, sebagai pemegang estafet kepemimpinan bangsa, agen penggerak perubahan maka harus berperan aktif untuk menjadi pelopor cita-cita Indonesia, kemudian adik-adik mahasiswa yang telah lulus dari universitas sebelas maret tidak hanya mengandalkan kemampuan kepintaran dan kepandaiannya saja, namun yang lebih penting dan utama diiringi dengan pembangunan karakter, kepribadian, kepatuhan dan ketakwaan,” ujar Karjono.
Dalam kuliah umum ini turut hadir Jajaran Dekanat Fakultas Hukum Universitas Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Ikatan Alumni Fakultas Hukum UNS, Dosen serta para Civitas Akademika.
Artikel ini bersumber dari : republika.co.id.