Perusahaan di Australia Diperingatkan Untuk Tidak Abaikan Pekerja di Atas 55 Tahun

Diposting pada

Departemen Tenaga Kerja Australia membuat poster agar perusahaan dan pemilik bisnis tetap mempekerjakan pekerja yang sudah berusia baya. (Supplied)

Diane Roberts sudah berusaha mencari kerja selama tujuh tahun terakhir, tapi selalu gagal. Ia merasa usia menjadi alasan utamanya.

“Diskriminasi karena usia sudah dimulai dari iklan lowongan kerja,” katanya.

Diane, usia 65 tahun, tinggal di Geelong, sekitar 73 kilometer dari Melbourne.

Ia kembali ke Australia di usia 50 tahunan setelah bekerja sebagai pegawai negeri di Inggris selama 30 tahun.

Diane sudah mengirimkan 15 lamaran kerja setiap pekannya, di tengah laporan kurangnya tenaga kerja terampil di Australia saat ini.

Seruan agar perusahaan menghentikan kebijakan diskriminatif terhadap pekerja senior yang masih mau bekerja semakin banyak bermunculan.

Seruan itu muncul menyusul data yang menunjukkan bahwa belasan ribu warga di atas 55 tahun di Australia yang masih ingin bekerja sekarang menganggur.

Sudah tidak diperhatikan dari awal

Diane mengatakan diskriminasi terkait usia sudah mengakar di Australia.

“Perilaku terhadap warga senior di Australia boleh dikatakan buruk,” katanya.

“Budaya yang ada sekarang adalah budaya anak-anak muda. Dan saya kira menyedihkan sekali itu terjadi.”

“Terkejut sekali ketika saya kembali ke Australia dan menyadari betapa tertinggalnya kita.”

“Saya mencari pekerjaan di kalangan pemerintahan sebagai tenaga paruh waktu dan melihat beberapa lowongan untuk pekerja part-time [paruh waktu] di situs pencari kerja SEEK.

“Hanya ada 3 [pekerja paruh waktu], sementara 260 lowongan untuk full-time. Saya pikir itu konsep yang sangat diskriminatif karena usia.”

Diane mengatakan bagi banyak orang seusinya, kerja ‘full-time’ atau penuh waktu memang hampir tidak memungkinkan lagi. Namun dia mengatakan masih merasa berguna sebagai pekerja paruh waktu.

Terpaksa mendapatkan tunjangan sosial

Karena tidak bekerja dan belum berhak mendapatkan uang pensiun, Diane terpaksa bergantung pada tunjangan sosial bagi pencari kerja dan tinggal bersama dengan temannya yang seusia agar bisa menyewa rumah dengan murah.

Ia pernah bekerja sebagai manajer di bidang layanan kesehatan dan sosial di pemerintahan lokal di Inggris, tetapi kualifikasi ini tidak diakui di Australia.

Baca Juga :   Tips Beli Mobil Bekas, Ini Pentingnya Relay Untuk Kelistrikan Mobil

Tahun lalu, Diane mengambil diploma bidang hukum dan menyelesaikannya bulan Juni lalu. Itu pun tidak membantunya mendapatkan pekerjaan di Australia.

Baru-baru ini ia mengira bisa mendapatkan pekerjaan di penjara sebagai seorang ‘tutor’, namun kemudian diberitahu jika kualifikasi pendidikannya harus ditingkatkan.

“Artinya harus menghabiskan lebih banyak waktu, lebih banyak uang, dan mungkin setelah nantinya selesai pekerjaan itu tidak ada lagi,” katanya.

Keadaan mulai berubah

Yang dialami Diane Roberts bukan hal aneh di Australia.

Ia adalah satu dari sebagian pekerja senior Australia yang memiliki keterampilan namun tidak bisa mendapatkan pekerjaan.

Namun menurut Chris Kent dari Hays, sebuah perusahaan penyedia tenaga kerja, keadaan mulai berubah dengan semakin banyak perusahaan mencari pekerja senior untuk menjadi mentor bagi staf yang masih belum berpengalaman.

Menurutnya, secara keseluruhan realita pekerja senior yang mau bekerja namun tidak mendapatkannya masih menjadi masalah.

“Masalahnya adalah kita akan hidup lebih lama dibandingkan usia pensiun,” katanya.

“Kita harus menyadari bahwa ada orang yang harus dan ingin bekerja sampai usia 70-an atau 80-an.”

“Jadi kalau kita sudah mulai melakukan diskriminasi di usia 50 tahunan, maka kita akan banyak melupakan pekerja terampil yang ada.”

Bisnis harus menawarkan kondisi kerja yang fleksibel

Saat ini usaha untuk mempercepat kedatangan migran terampil ke Australia dilakukan Pemerintah Australia untuk mengisi berbagai lowongan yang ada.

Data resmi menunjukkan adanya potensi pekerja senior yang masih mau bekerja, namun tidak mendapatkan pekerjaan.

Di bulan Mei 2022, sekitar 171.600 warga Australia yang berusia antara 55-64 tahun tidak bekerja dan mau bekerja bila kondisinya sesuai.

Di Australia usia untuk mendapatkan tunjangan pensiun dari negara adalah 65 tahun ke atas.

Dari jumlah tersebut, 43,1 persen memiliki keterampilan dengan 20,2 persen memiliki kualifikasi paling kurang sarjana.

Data tersebut dikumpulkan oleh Bankwest Curtin Economics Centre di Perth dan dikumpulkan dari data Biro Statistik Australia (ABS).

Baca Juga :   Bahas Talenta Berkualitas, B20-GIPA Gelar Global Human Capital Summit 2022

Untuk menarik pekerja senior, Chris Kent mengatakan bisnis harus menawarkan kondisi kerja yang lebih fleksibel.

“Apa yang terjadi selama COVID menunjukkan tidak semua pekerja harus berada di kantor, dan mungkin kita harus juga memperhatikan kebutuhan orang di luar kerja seperti mengurusi hal lain,” katanya.

Selama delapan tahun terakhir pemerintah Australia sudah meluncurkan program bernama ‘Restart’, di mana bisnis mendapatkan tunjangan dari pemerintah bila mereka mempekerjakan staf senior.

Lebih dari 40 ribu bisnis sudah terlibat dengan memiliki staf di atas usia 50 tahun di mana subsidi yang diberikan berjumlah Rp100 juta setahun.

Lewat program tersebut tahun lalu, sekitar 6.500 pekerja senior mendapatkan pekerjaan.

Professor Tim Bentley dari Edith Cowan University di Perth, Australia Barat, mengatakan meski hanya 15 persen saja dari mereka yang berusia di atas 65 tahun masih bekerja saat ini, angka tersebut sudah dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan 20 tahun lalu.

Kecenderungan tersebut akan terus berlanjut karena semakin bertambahnya usia penduduk secara keseluruhan dan dia mendukung agar perusahaan dan organisasi, serta pemilik bisnis, melakukan pelatihan untuk mencegah diskriminasi usia bagi para manajer.

Chris mengatakan cara mencari pekerja juga harus diubah mulai dari iklan sampai ke proses wawancara.

“Kadang iklan yang ada atau cara kita untuk menemukan pekerja lebih condong pada kriteria menemukan pekerja baru,” katanya.

“Kita harus berpikiran bagaimana menarik para pekerja senior agar bisa jadi pertimbangan juga.”

“Dengan algoritma dan berbagai alat yang tersedia untuk memisahkan para pelamar, jangan sampai kita meninggalkan mereka yang sebenarnya masih berpotensi besar.”

“Jadi industri pencari tenaga kerja baru harus bisa melakukan interaksi tatap muka dan proses wawancara semaksimal mungkin.”

“Sekarang ini bursa kerja adalah bagi siapa saja, tidak tergantung pada usia, dan masih banyak kesenjangan terkait ketrampilan dengan mereka yang tua masih bisa memberikan sumbangan.”

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News 


Artikel ini bersumber dari : www.tempo.co.

  • Baca Artikel Menarik Lainnya dari GajiPekerja.com di Google News

  • Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *