Selain CV, resume, dan cover letter, salah satu “senjata” yang nggak kalah penting dalam mencari pekerjaan adalah portofolio. Apa itu? Portofolio adalah sebuah dokumen yang berisi kumpulan rekaman bukti dan karya terbaik kamu selama melakukan pekerjaan. Nah, dari situ bisa terlihat kemampuanmu secara lebih detail daripada sekadar klaim di CV. Jadi, recruiter juga bisa dapat bukti atas pekerjaan kamu selama ini dan bisa jadi bahan pertimbangan apakah skill tersebut cocok dengan yang dibutuhkan.
Nah, kalau kamu berpikir bahwa yang butuh portofolio hanya orang yang bekerja di bidang kreatif, bisa jadi pikiran tersebut kurang tepat nih, Skuat. Ternyata bidang lain seperti pengajar sekalipun bisa menggunakan portofolio untuk menarik perhatian recruiter. Gimana cara bikinnya? Adakah tips supaya portofolio jadi menarik? Simak penjelasan selengkapnya yuk!
Seperti yang sudah disebutkan, portofolio bukan hanya terdiri dari hasil karya saja yang bisa dimanfaatkan oleh pekerja kreatif, tapi juga berbagai hal lain yang bisa ditampilkan untuk bidang pekerjaan profesional lainnya. Biar lebih mudah, kita simak beberapa kategorinya yuk!
Selain itu, untuk menunjukkan hasil pekerjaanmu sebelumnya, kamu juga bisa melampirkan berbagai data dalam bentuk grafik atau chart, laporan, hingga review performa yang sudah pernah dilakukan. Pokoknya segala hal yang merekam pekerjaanmu selama ini bisa kamu lakukan untuk menunjukkan kinerjamu.
Tujuan membuat portofolio adalah untuk menunjukkan skill yang kamu miliki, akhirnya recruiter jadi lebih tertarik denganmu karena dirasa capable karena sudah menunjukkan buktinya. Makanya, nggak semua rekaman dari pekerjaan sebelumnya bisa kamu gunakan untuk portofolio. Pilih yang terbaik untuk menarik perhatian mereka.
Maaf, kamu tidak memiliki akses
Yuk langganan atau beli akses artikel ini untuk melanjutkan.
2. Mulai buat daftar isi
Mungkin kamu sudah mengerjakan berbagai proyek sebelumnya sehingga konten portofoliomu ada banyak. Untuk memudahkan recruiter, kamu perlu membagi konten tersebut menjadi beberapa sesi. Membuat daftar isi akan membantumu melakukan pembagian ini. Meskipun halamannya mungkin baru bisa kamu sisipkan nanti, tapi kamu bisa membuat daftarnya dulu ya.
3. Tambahkan identitas
Kamu mungkin sudah mengirim identitas diri di resume atau CV, tapi nggak ada salahnya untuk menulis kembali di portofoliomu. Tampilkan informasi dasar seperti nama, kontak, dan pengalaman kerja. Kamu juga bisa menambahkan skill yang kamu miliki.
4. Lampirkan sampel terbaik
Nah, ini dia saatnya kamu menunjukkan sampel terbaik yang sudah kamu pilih sebelumnya. Bentuknya bisa beragam, mulai dari screenshot, lampiran file, hingga link menuju hasil kerjamu. Jangan lupa, jika kamu pernah mendapatkan awards, lampirkan juga bersama sampelnya. Pun sertifikat hingga berita di media.
5. Tambahkan rekomendasi dan testimoni dari kolega
Kamu bisa menambahkan rekomendasi atau testimoni dari orang-orang yang pernah bekerja denganmu, misalnya manager, teman satu tim, mentor, dan lain sebagainya. Selain itu, kamu juga bisa menambahkan testimoni dari customer atau klien yang puas dengan layanan yang kamu berikan. Nggak ada salahnya lo, menambahkan referensi supaya lebih terpercaya, tapi jangan lupa minta izin mereka yang akan kamu jadikan referensi ya!
Isi portofolio/ Illustration by Hipwee
Ada beberapa tips dan hal yang bisa kamu pertimbangkan biar portofoliomu semakin bersinar
1. Kualitas lebih baik daripada kuantitas
Ingat! Recruiter memiliki waktu terbatas untuk mengecek portofolimu. Walau mungkin sudah mengerjakan banyak sekali proyek yang menumpuk untuk dijadikan portofolio, nggak semuanya harus kamu masukkan, ya. Pilih beberapa saja yang terbaik dan terkurasi. Pertimbangkan juga apakah proyek yang kamu pegang bersifat confidential atau sudah jadi hak milik perusahaan. Jika demikian, sebaiknya nggak usah kamu lampirkan.
2. Buat dengan simpel
Buat portofoliomu dengan simpel dan mudah dibaca. Pilih lay out yang profesional sehingga nggak terlihat asal-asalan. Hal ini bisa kamu dapatkan dengan menata konten di dalamnya secara teratur dan sistematis sehingga lebih runtut untuk diikuti. Mengelompokkannya menjadi kategori juga akan membantumu jika kamu memiliki beberapa jenis proyek yang berbeda.
3. Buat portofolio sendiri walau belum pernah bekerja
Kamu mungkin fresh graduate yang belum memiliki pekerjaan sebelumnya. Jika sudah memiliki ketertarikan terhadap suatu pekerjaan, kamu bisa kok bikin portofolio dengan klien imajinatif. Iya, jadi kamu bisa membuat sebuah case di mana kamu menjalankan suatu proyek seolah seperti bekerja sesungguhnya. Selain itu, kamu juga bisa memasukkan sampel portofolio dari tugas, magang, atau ketika menjalankan pekerjaan freelance.
4. Sediakan portofolio dalam berbagai format
Sekarang mungkin lebih banyak orang yang meminta portofolio dalam bentuk digital. Selain menyimpannya di komputer atau drive, kamu juga bisa membuat sebuah web atau landing page untuk menaruh hasil pekerjaanmu sebagai portofolio. Dari situ, kamu bahkan bukan hanya bisa menunjukkannya ke recruiter dari perusahaan yang akan kamu lamar aja, tapi juga orang yang berpotensi menjadi klien atau recruiter dari perusahaan lainnya.
Kamu bisa membuat portofoliomu dengan beberapa website gratis seperti WordPress, Weebly, OPResume, GitHub, Behance, Dribbble, Clippings.me, Portofoliobos, dll. Selain itu, kamu juga bisa menyusun portofolio gratis menggunakan Google Slides, Canva, dan berbagai aplikasi desain lainnya.
Nah, sekarang kamu udah makin siap nih untuk menghadapi berbagai lowongan pekerjaan dengan lebih percaya diri. Jadi, selamat mencoba, semoga berhasil ya, Skuat!
Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.
Artikel ini bersumber dari : www.hipwee.com.
Baca Artikel Menarik Lainnya dari GajiPekerja.com di Google News