Di 10 Downing Street, sejumlah mobil van datang dan pergi, seiring akan segera berakhirnya masa jabatan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Anggota Partai Konservatif akan memilih penggantinya, di mana opsinya sejauh ini telah menyusut dan hanya terdiri dari mantan Kanselir Rishi Sunak, dan Menteri Luar Negeri saat ini Liz Truss, yang menurut jajak pendapat sangat popular.
Siapa pun yang terpilih nanti, tantangan pertama mereka adalah perang di Ukraina. Inggris telah memberikan sekitar 2,7 miliar dolar bantuan militer ke Kyiev sejak invasi Rusia 24 Februari lalu, atau yang kedua terbesar setelah Amerika.
Johnson sangat popular di Kyiv. Akankan pengunduran dirinya akan mengubah hubungan Inggris-Ukraina?
Menurut Alan Wager, analis politik di King’s College, London, hal itu tidak akan terjadi jika Liz Truss yang menggantikannya. “Liz juga berkomitmen meningkatkan pengeluarkan pertahanan Inggris hingga tiga persen dari PDB, dan melanjutkan pasokan senjata ke Ukraina,” ujarnya.
Ukraina mungkin merupakan tantangan yang paling tidak rumit yang dihadapi perdana menteri berikutnya, selain soal lonjakan harga gas dan listrik domestik hingga 80% pada akhir Oktober nanti yang pasti akan menambah krisis ekonomi pasca Covid-19 dan menambah potensi resesi dalam waktu dekat.
Kepala Eksekutif National Energy Action (NEA), Adam Scorer mengatakan, “Keluarga-keluarga di Inggris tidak mampu membeli apapun. Ini bencana. Sepuluh ribu orang meninggal setiap tahun di Inggris karena tidak mampu menghangatkan rumah dengan gas dan listrik saat musim dingin. Jumlah ini akan meroket.”
Liz Truss telah mengesampingkan opsi pemberian subsidi bagi warga untuk membayar berbagai tagihan itu, dan mengatakan pemangkasan pajak adalah jawabannya.
“Yang penting adalah ekonomi kita tumbuh.”
Hubungan dengan negara-negara tetangga Eropa tegang. Saat Liz Truss berkampanye dan ditanya bagaimana ia melihat Presiden Prancis Emmanuel Macron yang merupakan sekutu NATO, sebagai teman atau musuh?
Liz menjawab, “Hal ini tergantung. Tetapi jika saya menjadi perdana menteri, saya akan menilainya berdasarkan perbuatan, bukan kata-kata.”
Liz Truss juga berjanji akan mengubah protokol Irlandia Utara, sebuah perjanjian pabean utama Brexit yang ditandatangani Boris Johnson dengan Uni Eropa untuk mencegah kehadiran perbatasan fisik diantara Republik Irlandia dan Irlandia Utara. Kembali Alan Wager.
“Hal ini seiring waktu akan bisa mengarah pada perang dagang antara Inggris dan Uni Eropa.”
Kedua kandidat ini berusaha menarik dukungan dari konstituen yang relatif kecil kata Alan Wager, kurang dari 200.000 anggota Partai Konservatif. Alan mengatakan mereka tidak teruji di jalur kampanye.
“Krisis ekonomi ini ditambah krisis ekonomi dunia akan membuat Inggris memasuki krisis baru tanpa para pemimpin politiknya yang sudah mengkonfrontir tantangan-tantangan besar yang dihadapi Inggris,” tambah Alan.
Liz Truss atau Rishi Sunak akan berpeluang pindah ke 10 Downing Street pada Senin depan (5/9).
Meskipun demikian, bukan berarti kehadiran Boris Johnson akan berakhir. Media-media Inggris melaporkan ia berniat kembali ke politik dan mengantisipasi penggantinya akan menghadapi perjalanan politik yang akan berlangsung tidak mulus. [em/jm]
Artikel ini bersumber dari : www.voaindonesia.com.