Jokowi: Saya Tidak Diam

Jakarta, CNBC Indonesia – Efek lonjakan harga minyak dunia imbas kondisi dunia yang kacau balau membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) terpaksa menaikkan harga bahan bakar minyak. Dampaknya berat dirasakan masyarakat, tapi Jokowi mengaku tidak diam.

“Saya gak mau diem. Kita harus intervensi,” kata Jokowi dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di CNBC Indonesia, Rabu (7/9/2022)

Kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan mendorong inflasi 1,8%. Inflasi Indonesia hingga akhir Agustus 2022, sudah mencapai 4,6% year on year (yoy), sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,9%.

“Hitungan dari menteri-menteri kemarin akan naik ke 1,8%,” jelasnya.

Aksi intervensi Jokowi adalah dengan memberikan bantuan sosial (bansos) senilai Rp 24 triliun sebagai bantalan bagi masyarakat yang membutuhkan. Ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai Rp 600.000 untuk 20,65 juta keluarga.

Kemudian Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi 16 juta pekerja yang berpenghasilan di bawah Rp 3,5 juta per bulan. Adapun bantuan yang diberikan sebesar Rp 600 ribu per pekerja.

Pemerintah juga meminta pemerintah daerah memberikan subsidi yang bisa diambil dari dana transfer ke daerah. Tujuannya adalah UMKM, ojek, nelayan dan lainnya.

“Daerah harus bergerak seperti covid, dengan cara 2% dari DAU bisa digunakan untuk mengatasi inflasi dan bansos,” jelas Jokowi.

“Belanja tak terduga bisa digunakan untuk mengatasi inflasi. Tutup biaya transportasi, tutup biaya distribusi dari ada di lapangan. Dan ini pernah saya lakukan,” pungkasnya.




Infografis, Normalisasi Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi IndonesiaFoto: Infografis/Harta Karun RI/Edward Ricardo
Infografis, Normalisasi Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia

Dampak ke Pertumbuhan Ekonomi

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, menyampaikan, pada 2022, ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5%, berkisar antara 5,1-5,4%. Maka artinya Indonesia tidak akan jatuh ke jurang resesi.

Baca Juga :   Ingin Diterima Kerja di PT Pertamina? Coba Lakukan Tips Ini

“Sampai akhir tahun PDB kita akan berada di range itu,” tegas Suahasil.

Kebijakan ini akan mendorong kenaikan inflasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jelas dampaknya akan memukul daya beli masyarakat yang diketahui baru pulih dari pandemi covid-19.

“Kita akan lihat kenaikan harga bbm akan mendorong inflasi September dan Oktober,” jelasnya. “Secara month to month (mtm) kita akan lihat di November sudah kembali ke pola normal. Kita perhatikan terus sampai akhir tahun.”

Direktur CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan masyarakat belum siap menghadapi kenaikan harga energi yang akan diikuti oleh barang dan jasa lainnya.

“Kenaikan harga BBM subsidi dilakukan diwaktu yang tidak tepat, terutama jenis Pertalite. Masyarakat jelas belum siap menghadapi kenaikan harga Pertalite menjadi 10.000 per liter. Dampaknya Indonesia bisa terancam stagflasi, yakni naiknya inflasi yang signifikan tidak dibarengi dengan kesempatan kerja,” kata Bhima.

“Bansos yang hanya melindungi orang miskin dalam waktu 4 bulan, tidak akan cukup dalam mengkompensasi efek kenaikan harga BBM. Misalnya ada kelas menengah rentan, sebelum kenaikan harga Pertalite masih sanggup membeli di harga 7.650 per liter, sekarang harga Rp10.000 per liter mereka turun kelas jadi orang miskin,” terangnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Siapa Saja Penerima BLT Rp 600.000? Ini Jawaban Sri Mulyani!

(mij/mij)


Artikel ini bersumber dari : www.cnbcindonesia.com.

  • Baca Artikel Menarik Lainnya dari GajiPekerja.com di Google News

  • Tinggalkan komentar