TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Setelah Pemerintah mengumukan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 3 September lalu, berbagai respon masyarakat bermunculan.
Untuk diketahui, harga BBM subsidi yaitu Pertalite dan Solar, mengalami kenaikan.
Solar, yang dulu dibanderol Rp 5.150 sekarang naik menjadi Rp 7.200 per liter.
Pertalite, yang semula dijual Rp 7.650 kini menjadi Rp 10 ribu per liter.
Kenaikan juga terjadi pada BBM non-subsidi, Pertamax yang kini dijual Rp 14.500 dari sebelumnya Rp 12.500.
Berbagai respon dari masyarakat bermunculan, mulai dari ibu rumah tangga, mahasiswa, dan pekerja swasta.
Berdasarkan hasil wawancara Tribun Bali pada Senin, (5/9), Bu Endang SriWahyuni selaku ibu rumah tangga yang salah satunya mengeluhkan adanya kenaikan harga BBM.
“Ketika BBM naik pasti berdampak terhadap harga-harga barang lainnya,baik itu kebutuhan pokok atau kebutuhan sekunder, dan rakyat lagi-lagi yang jadi korban dan menjerit. Belum lagi mikir biaya pendidikan anak sekolah, dapur, otomatis harga kendaraan umum untuk transport anak sekolah juga ikutan naik,” ujar Endang.
Senada dengan komentar Endang, Nissa Nur atau yang biasa dipanggil Caca yang merupakan seorang mahasiswa semester akhir juga ikut merasakan dampak kenaikan BBM.
“Menurut saya dengan adanya kenaiknya harga BBM, akan berdampak besar bagi perekonomian masyarakat. Saat ini bisa di nilai perekonomian pada masyarakat sedang mecoba pulih akibat pandemi, bagaimana jika harga BBM naik, jelas akan menambah beban lagi khusus nya di rasa bagi masyarakat pada kelas menenga ke bawah. Masyarakat kecil hanya bisa berharap ada nya kebijakan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, untuk memperjuangkan masyarakat menengah ke bawah.
Caca menambahkan, untuk harga sembako. Akan sangat berpengaruh karena kenaikan BBM, ditambah lagi dengan akan naiknya jasa transportasi, terutama transportasi darat.
Lain halnya dengan pendapat Endang dan Caca, Siswanto yang merupakan pekerja swasta ikut mendukung apapun kebijakan pemerintah meskipun harus adanya kenaikan BBM.
“Ya kita tahu kenapa BBM naik karena harga minyak mentah yang melonjak semenjak perang Rusia Ukraina, jadi ya kita dukung saja lah apa kebijakan pemerintah. Semoga ini tidak selamanya dan bisa dikaji kembali,” terang Siswanto.(*)
Artikel ini bersumber dari : bali.tribunnews.com.