Pria asal Lamongan ini menjadi korban penipuan penyaluran tenaga kerja di Kamboja. Selama 18 hari ia dipaksa bekerja sebagai penipu di media sosial tanpa digaji hingga akhirnya kabur, pulang ke tanah air.
Pria itu adalah Dian (22) warga Desa Sedayulawas, Brondong. Dian berangkat ke Kamboja melalui agen yang di awal pendaftaran menjanjikan pekerjaan sebagai customer service.
“Saya berangkat ke Kamboja itu melalui agen dan katanya akan dipekerjakan sebagai customer service,” kata Dian saat berbincang dengan wartawan, Selasa (6/9/2022).
Alih-alih menjadi customer service, di Kamboja dirinya malah diminta menipu orang melalui media sosial dengan iming-iming gaji 700 dolar yang tak pernah ia terima hingga tiba di tanah air.
“Kerjanya disuruh jadi penipu. Dan selama 18 hari saya tidak dapat gaji bahkan teman-teman saya yang sudah lama di sana juga belum gajian,” ujarnya.
Pada praktiknya Dian mengaku diminta mengambil video atau foto perempuan dari Instagram secara acak. Ia lantas diminta membuat akun Facebook baru dan memasang foto/video tersebut.
“Saya diminta untuk membuat akun Facebook, baru kemudian diminta untuk berkenalan dengan laki-laki atau calon korban dan setelah kenal baru dimintai uang,” ungkapnya.
Selama bekerja itu ditarget pendapatan hasil menipu sebesar Rp 150 juta dalam 1 bulan. Bila tak bisa memenuhi, ada hukuman push up 100 kali dan lari putar lapangan 10 kali yang harus dilakukan, serta ada sanksi pemotongan gaji.
Dian, TKI asal Lamongan yang dipaksa bekerja sebagai penipu di Kamboja. (Foto: Eko Sudjarwo/detikJatim)
|
“Kerjanya tidak sesuai, kami diminta penuhi target Rp 150 juta dalam waktu satu bulan. Tapi kalau tidak bisa memenuhi sebagian hukumnya kita disuruh push up 100 kali, lari putar lapangan 10 kali, dan gaji dipotong 400 dolar,” imbuhnya.
Tak betah dengan pekerjaan yang tidak sesuai janji di awal, bahkan sempat menerima ancaman, Dian memutuskan kabur bersama rombongan korban lain yang menurutnya sempat disekap. Dian beruntung karena lolos dari penyekapan.
“Ada teman satu kamar saya yang berasal dari Provinsi Banten yang disekap bahkan diperlakukan kurang baik,” akunya.
Kini, setelah pulang ke Lamongan Dian harus kembali bekerja menjadi montir untuk mengembalikan uang yang ia pinjam demi berangkat ke Kamboja. Demi berangkat ke Kamboja ia berutang biaya hingga Rp 13 juta.
“Awalnya ingin mengubah nasib bekerja di sana agar bisa membiayai sekolah adik dan memenuhi kebutuhan keluarga. Tapi sekarang sudah habis uang Rp 13 juta malah harus pulang,” ucap Dian lirih.
Saat pemerintah Indonesia memulangkan rombongan korban penyekapan di Kamboja ia memutuskan turut serta. Kini Dian yang sudah 2 minggu di Tanah Air berharap Pemkab Lamongan membantunya melunasi utang.
“Semoga Pemkab Lamongan bisa membantu saya agar uang pinjaman itu bisa segera lunas,” harapnya.
Simak Video “Ini Emak-emak di Lamongan yang Tutupi Nopol Pake Celana Dalam “
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/iwd)
Artikel ini bersumber dari : www.detik.com.